Makna Hari Raya Waisak Bagi Umat Buddha

Bagi seluruh umat Buddha di dunia akan memperingati Hari Raya Waisak. Di Indonesia, pusat perayaan Hari Raya Waisak biasanya dilaksanakan di Candi Borobudur dan Candi Mendut. Pada umumny, waisak biasa dirayakan setiap bulan mei pada saat waktu terang bulan atau purnama pertama. Oleh sebab itu Waisak diperangati di waktu yang berbeda pada setiap tahunnya.

Hal mengenai Hari Raya Waisak pun memiliki sejarahnya tersendiri. Sama halnya dengan permainan game online di mimpi4d togel, yang memiliki kualitas terbaik dan keunggulan atau keuntungan para penggunanya.

Bagi seluruh umat Buddha, Waisak adalah hari suci teragung untuk dapat memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan sang Buddha, Siddharta Gautama.

Apa itu Waisak?

Hari Raya Waisak merupakan momentum untuk memperingati tiga peristiwa penting yang dialami
Siddharta Gautama, yaitu kelahiran, penerangan, dan juga kematiannya. Dengan ketiga peristiwa tersebut kemudian disebut sebagai Trisuci Waisak.

Hari Raya Waisak dirayakan dengan melakukan puja, perenungan, serta upacaya ritual. Hal tersebut tertujuan untuk dapat memahami makna Waisak yang tidak terlepas dari sejarah kehidupan Siddharta Gautama.

Sejarah Hari Raya Waisak

Pangeran Siddharta Gautama lahir pada tahun 623 SM di sebuah taman yang bertama Taman Lumbini. Dengan kelahirannya dianggap sebagai momen istimewa, bahkan disaksikan oleh para dewa dan dewi. Pada saat lahir, sang pangeran langsung dapat berdiri tegak. Di setiap jalan yang dilalui oleh pangeran Siddharta Gautama tumbuh bunga Teratai sebagai lambing kesucian.

Pengeran Siddharta Gautama dibesarkan engan penuh kesenangan dan juga kemewahan. Sejak kecil, ia sangat dijaga untuk agar tidak mengenal susah. Namun, meskipun begitu, lamat laun Siddharta penuh dengan kesenangan dunia ia pun mulai merenungkan berbagai peristiwa yang terjadi di dalam kehidupannya. Sang Buddha kemudian pergi melakuka  perjalanan untuk mencari makna kehidupan.

Di tengah perjalanannya, Siddharta bermeditasi di bawah pohon Salla. Ia bersumpah tidak akan pergi sebelum menjadi Buddha. Keteguhannya itulah yang akhirnya dapat membawanya mencapai bodhi atau kesadaran yang sempurna. Setelah menolong umat manusia dengan menyebarkan agamanya, pangeran Siddharta Gautama kemudian wafat pada usia 80 tahun ketika sedang berada di Desa Kusinegara.

Tradisi Hari Raya Waisak di Indonesia

Hari Raya Waisak ditandai dengan hiasan bendera Buddhis, Janur, umbul – umbul, dan spanduk di sepanjang jalan raya, terutama di daerah Candi Borobudur dan juga Candi MEndut sebagai pusat perayaan hari raya waisak.

Prosesi peringatan waisak berawal mulai di Candi mendut. Para biksu dan umat Buddha mengadakan upacara puja dan bakti di Candi Mendut. Para biksu dan umat Buddha sekaligus mengadakan upacara puja dan bakti disana. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan arak – Arakan menuju Candi Borobudur.

Untuk barisan kirab atau arak – Arakan terdiri dari barisan yang membawa bendera merah putih dan juga bendera Walubi. Arak – Arakan ini juga diikuti oleh kendaraan hias yang membawa relief Sang Buddha selain itu juga mobil yang membawa Api Dharma dan Air Suci.

Di Candi Borobudur, umat Buddha dan Bersama para biksu memasuki keheningan Bersama. Mereka melakukan bersemedi, memasuki suasana tenang untuk memusatkan pikirannya hingga pada puncak perayaan Trisuci. Kemudian peringatan Waisak diakhiri dengan melakukan penyalaan ribuan lampion oleh Sangha dan umat secara Bersama – sama sebelum akhirnya di lepaskan ke langit.